ads

Berita

NAD

Nasional

Internasional

Dunia Islam

Tuliasan%20Anda

Bahar Nur, warga Aceh yang kini menetap di Norwegia. | Foto Ist

Beurujuk.com | Umat Muslim di beberapa negara Eropa menjalani cobaan berat dalam menjalankan ibadah puasa. Khususnya negara Eropa bagian Utara yang tahun ini harus berpuasa hingga 20 jam dalam sehari. Ini dikarenakan di sana sedang berlaku musim panas yang panjang dimana matahari akan terlihat lebih lama di siang hari. Namun sebaliknya malam hari sangat terasa singkat sekali.

Pengalaman berpuasa 20 jam inilah yang dirasakan Bahar Nur, warga Aceh yang kini sudah menetap di Norwegia. Pemuda asal kota Lhokseumawe yang kini menetap di kota Stavanger, sekitar 454 km dari ibukota Oslo, harus berpuasa enam jam lebih lama dibandingkan durasi puasa di Aceh yang hanya 14 jam dalam sehari.

“Thon nyoe agak trep bacut puasa jih seubab kali nyoe musem su’um panyang that. (Tahun ini agak lama sedikit puasanya sebab kali ini musim panas sekali),” kata Bahar Nor kepada mediaaceh.co via situs jejaring Facebook, Selasa malam, 7 Mei 2016.

Menurutnya, jarak waktu imsak dan berbuka puasa hanya selisih waktu sekitar 3,5 jam. Artinya, warga Muslim setempat harus berbuka puasa, salat tarawih dan sahur dalam waktu berdekatan.

“Jadwal imsak di sini diawali pada pukul 03:00 dan waktu iftar (buka puasa) pukul 23:00. Sebab di kota saya tinggal, kalaupun malam tidak malam kayak di Aceh, langit masih terlihat seperti senja magrib hingga Subuh. Jadi usai salat Magrib, kami harus bergegas ke Masjid untuk melaksanakan tarawih dan witir agar jadwal sahur jangan tertinggal,” kata Bahar lagi.

Bahar mengaku, meski waktu berpuasa bagi warga Muslim disana cukup lama tidak menyurutkan langkah mereka untuk tetap menjalankan salah satu rukun Islam tersebut.

“Bahpih sinoe kamoe katrep tinggai dan kana generasi baro bansa Aceh sinoe, kamoe teutap hana tuwoe ilmee agama ngon adat istiadat Aceh. Bahkan aneuk-aneuk kamoe sinoe mantong meupeureunoe bahasa Aceh. Meunyoe bahasa Inggreh ngon Norsk (bahas Norwegia-red) awaknyan dipeugah di sikula ngon di luwa rumoh (biarpun disini kami sudah lama tinggal disini dan sudah ada generasi baru bangsa Aceh, kami tetap tidak melupakan ilmu agama dan adat istiadat Aceh. Bahkan anak-anak kami disini masih kami ajarkan bahasa Aceh. Sedangkan bahasa Inggris dan Norsk mereka gunakan di sekolah dan di luar rumah),” ujarnya lagi.

Bahar Nor merupakan salah satu dari 350 warga Aceh yang kini sudah menetap di Norwegia sejak 2003 lalu. Sebelumnya, pria berusia 37 tahun ini berstatus sebagai pencari suaka sejak Aceh dilanda gejolak konflik. Ia mengaku, meski tinggal jauh dari tanah air dan sanak familinya, tidak menyurutkan hatinya untuk melupakan tradisi Aceh. Salah satunya adalah perayaan "meugang" dan "tot leumang".

Menurutnya, daging halal dan makan-makanan khas Asia bisa mudah mereka dapatnya di toko-toko Muslim yang termasuk kategori mahal dan antri.

"Biarpun kami disini susah mencari bambu untuk membuat leumang, kami biasanya gunakan pipa alumunium untuk memasak leumang. Bahpih hana meunyum lagee leumang di gampong, asai kasep syarat dilee bacut (biarpun rasanya tidak khas seperti rasa leumang di kampung pada umumnya, asalnya mencukupi syaratnya saja)," ujarnya sambil tertawa terkekeh. [Media Aceh]

About seulangamedia

Seulanga Media Merupakan Portal yang di gagas oleh mahasiswa asal Seulanga Aceh, dengan Kantor pusat di Jakarta. Seulanga Media dapat dihubungi melalui email: rimungputeh97@gmail.com
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment

BARAT


Top