ads

Berita

NAD

Nasional

Internasional

Dunia Islam

Tuliasan%20Anda


Ibunda Ahmad Leupon dan kedua anaknya foto bersama Panglima Sagoe Paya Poe, Muhammad Azmuni Bodrex.
Tebar Suara | Muhammad, demikian nama asli lelaki kelahiran Gampong (desa) Leupon, salah satu gampong di pedalaman Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara. Ahmad Leupon, demikian nama panggilannya kala Aceh masih bergejolak perang. Pagi meranjak siang, Minggu (8/5/2016) tim ACEHXPress.com didampingi oleh Panglima Sagoe Paya Poe, Daerah III Teungku Chik di Paya Bakong, Muhammad Azmuni yang akrab dengan sapaan Bodrex, dan sejumlah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) lainnya mengunjungi kediaman orangtua Ahmad Leupon di Gampong Blang Trieng, Tanah Luas.
Kunjungan tersebut untuk menghadiri acara peusijuek sunat (khitanan) anak bungsu Ahmad Leupon, yang saat ini sudah meranjak dewasa. Namanya Muhammad Ilham, umurnya 12 tahun dan tercatat sebagai siswa di salah satu sekolah menengah pertama di kecamatan Tanah Luas. Dari kejauhan, Ilham melihat gerombolan mantan kombatan GAM yang juga merupakan kerabat almarhum ayahandanya tiba di kediaman neneknya, disini acara peusijuek tersebut dilaksanakan.
Raut wajahnya mulai gelisah, matanya berkaca-kaca, suaranya serak. “Bang Bodrex, neulangkah u dalam neudong foto ngon lon sion. (Bang Bodrex, masuklah kedalam untuk foto berdua sekali),” ajak Ilham. Ajakan tersebut dipenuhi oleh lelaki bertubuh tegap itu yang juga pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPR Aceh pada Pileg 2014 lalu. Sambil memeluk Ilham, Bodrex juga mengajak Sri Wahyuni (17), kakaknya Ilham dan ibunda Ahmad Leupon, Ainul Mardhiah (64). “Mak, jak tadoeng foto sama-sama neuhoi si Yuni chit. (Mak, mari kita foto bersama dan ajak Yuni juga),” ajak Bodrex.
3
Kemudian, Bodrex pamit untuk menikmati hidangan bersama rekannya di bawah tenda yang telah disiapkan didepan rumah semi permanen yang dikelilingi pohon-pohon besar itu. Dalam kesempatan tersebut ACEHXPress.com berhasil mewawancarai saksi kunci dalam kontak tembak yang merengut nyawa Ahmad Leupon.
Adalah Junaidi, pria ini dijuluki Jacky Chan sebagai nama lapangannya. Masa itu tahun 2004, saat akan dilakukan pemilihan Presiden Republik Indonesia. Dua hari sebelumnya, sembilan pasukan GAM turun dari kompinya daerah Pucoek Alue Kareung di pegunungan ke permukiman warga untuk mengambil logistik untuk disuplay ke rekan-rekan perjuangannya di hutan. Kemudian, lanjutnya, enam orang lainnya kembali ke hutan dan tinggal Ahmad Leupon, Nadir Sumbok dan Jacky Chan beristirahat di permukiman warga.
2
Junaidi alias Jacky Chan
“Hari itu saya dan Basyir dipilih oleh almarhum untuk menetap bersamanya, kami turun dengan senjata lengkap, dan beristirahat di salah satu rumah warga di samping masjid Gampong Blang Pie,” ungkap Jacky Chan.
Menurutnya lagi, saat sedang beristirahat Nadir Sumbok mengeluh untuk ditukar dengan anggota GAM lainnya dikarenakan alasan kesehatan. Kemudian, Ahmad Leupon yang merupakan Panglima Operasi GAM tidak memenuhi permintaan tersebut. Dikatakannya lagi, gelagat pemilik rumah tempat mereka singgah mulai mencurigakan, keluar masuk rumah, tak lama kemudian terlihat puluhan TNI berdatangan diujung jalan yang berjarak sekitar 100 meter.
4
Rumah persembunyian Ahmad Leupon cs kala itu.
Jacky Chan dan Nadir Sumbok mulai was-was, namun tidak sama halnya dengan Ahmad Leupon. Dia tidak mengkhawatirkan militer Indonesia akan mengepung lokasi tempat mereka singgahi tersebut. Pemilik rumah semakin mencurigakan, bahkan hari itu kala matahari yang sudah meranjak terbenam terlihat oleh Jacky Chan pemilik rumah tersebut menjumpai militer Indonesia.
Malam pun larut, jangkrik mulai bernyanyi dengan nada-nada indahnya, Ahmad Leupon dan kawan-kawan baru saja menyelesaikan ibadah shalat isya. Disebelah rumah, yang merupakan masjid terlihat anggota Polisi dari Polsek Tanah Luas sedang menyiapkan kotak suara untuk pemilihan presiden keesokan harinya. Namun, persembunyian mereka tidak tercium oleh Polisi.
“Bang, musuh diluar,” ujar Jacky Chan kepada Ahmad leupon.
“Sudah kamu ketahui ada musuh diluar, jadi bagaimana? Kalau saya intruksikan tembak, ya tembak,” jawab Ahmad Leupon kala itu.
Malam semakin larut, angin berhembus pelan, menggoyangkan daun-daun di halaman rumah, militer Indonesia mulai merapatkan gerakannya ke rumah Ahmad Leupon cs beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB pagi, kabut mulai menutupi daratan tinggi itu.
“Ada anggota GAM didalam tiga orang,” sebut salah satu militer Indonesia pada rekannya yang sudah berada di halaman rumah.
“Kami sudah tahu ada GAM didalam rumah ini, cepat keluar sebelum kami tembak,” ujar salah satu militer Indonesia lainnya dengan nada keras.
Intruksi tersebut tidak digubris Ahmad Leupon cs, bahkan mereka mengintip dari sudut-sudut rumah. Lalu, Ahmad Leupon mengokang senjata miliknya. Menembak salah satu militer Indonesia tepat di jidatnya. Diluar rumah, Militer Indonesia yang tak menerima temannya meninggal dunia juga bersiap menembak kedalam. Didalam rumah, tiga kombatan GAM mulai berwasiat sesamanya.
“Kalau saya yang mati, tolong jaga ibu, isteri dan anak-anak saya. Anak saya titipkan did ayah untuk mengaji,” pesan Ahmad Leupon kepada Jacky Chan. Saat menceritakan wasiat ini kepadaACEHXPress.com, Jacky Chan mengeluarkan airmatanya. Terlihat juga Panglima Sagoe Paya Poe, Bodrex dan kawan-kawan juga matanya berkaca-kaca.
Dilanjutkannya, Militer Indonesia mulai menembak kedalam. Ahmad Leupon cs mulai merayap keluar rumah dalam kondisi gelap gulita. Saat itu, pihak GAM juga membalas tembakan dari dalam rumah. Sambil merayap keluar rumah, Nadir Sumbok terkena tembakan, meninggal ditempat. Lalu, dengan keberaniannya Ahmad Leupon tetap bersikukuh untuk membalas tembakan ke arah militer. Tepat di pintu belakang rumah, Ahmad Leupon kembali menembaki kea rah militer yang juga dapat balasan tembakan dari luar. Ahmad Leupon meminta Jacky Chan untuk keluar rumah dengan menggunakan kain dan menutupi kepalanya, dengan maksud menyamar selayak perempuan. Dalam balutan kain tersebut, Jacky Chan menyembunyikan senjatanya dan memakai rompi anti peluru. Dibelakangnya, Ahmad Leupon juga ikut merayap.
Jacky Chan berhasil dengan penyamarannya, dia lolos saat itu. Namun tidak dengan Ahmad Leupon, dia tertembak diantara ilalang dan pohon pandan di belakang rumah persembunyian tersebut. Dua anggota GAM syahid pagi menjelang subuh kala itu.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun..
1
Lokasi tertembaknya Ahmad Leupon.
Semasa hidupnya, Ahmad Leupon dikenal sebagai pasukan GAM yang tangguh. Keberaniaannya sangat ditakuti lawan. Gerak geriknya tidak mencurigakan, taktik perang sangat dikuasainya. Daripada itu, dirinya dipilih oleh pimpinan GAm menjabat sebagai panglima operasi.
Demikian ungkap Bodrex, panglima sagoe paya poe, menurutnya, yang sangat dikagumi dari sosok Ahmad Leupon adalah kecerdasannya merakit alat perang. Bahkan, Ahmad Kandang sangat menyayangi Ahmad Leupon dikarenakan kehebatannya melebihi komputer dikarenakan mampu merakit bom dan senjata yang besar.
ahmad leupon
Ahmad Leupon semasa hidup dan senjata hasil buatannya.
“Saat itu kami pernah harus membayar lahan kakao milik warga saat uji coba senjata buatan Ahmad leupon, hangus 4 hektar lahan saat itu,” ungkap Bodrex.
Sri Wahyuni (17 tahun) dan Muhammad Ilham (12 tahun) buah hati dan titipan Ahmad Leupon dalam wasiatnya. Kini keduanya berstatus yatim piatu. Ibunya, Nurhayati, juga telah kembali pada Sang Khalik pasca Aceh berstatus damai. Saat ini kedua buah hati sang pejuang itu tinggal bersama sang nenek yang sudah renta.
Semoga wasiat Ahmad Leupon dapat ditunaikan oleh para kerabatnya semasa di hutan, yang saat ini masih diberikan umur oleh Sang Pencipta. Semoga Yuni dan Ilham mendapatkan orangtua angkat, layaknya anak-anak yang lain, Semoga…!!(AcehXpress) [tebarsuara.com]

About seulangamedia

Seulanga Media Merupakan Portal yang di gagas oleh mahasiswa asal Seulanga Aceh, dengan Kantor pusat di Jakarta. Seulanga Media dapat dihubungi melalui email: rimungputeh97@gmail.com
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment

BARAT


Top