ads

Berita

NAD

Nasional

Internasional

Dunia Islam

Tuliasan%20Anda

2 Spesies Penghuni Krueng Pasee Paling Dicari: Rasanya Ajib, Harganya Selangit.


Sungai (Krueng) Pasee, Aceh Utara | Photo: @ajl_pasee
Beurujuk.com | Pernah dengar nama "Krueng Pasee"? Krueng (bahasa Aceh) berarti sungai. Iya, sungai yang penuh dengan romantika sejarah kejayaan Kerajaan Samudera Pasee (atau ada juga yang menyebutnya dengan Samudera Pasai) yang kini telah menjadi Wilayah Administratif Kabupaten Aceh Utara ini termasuk salah satu sungai dengan DAS terganas di Pulau Sumatera.

Ratusan ribu galon airnya mengalir terus-menurus saban hari dari hulunya yang masuk kawasan Aceh Tengah dan bermuara ke Kecamatan Samudera (Geudong) Aceh Utara. Berdasarkan informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat setempat, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu organisasi Peduli Lingkungan pada tahun 1990-an, air Krueng Pasee bebas dari partikel-partikel berbahaya dan bisa langsung di minum tanpa menyebabkan sakit perut meski belum dimasak. 

Masih menurut hasil penelitian tersebut, disebutkan juga bahwa kandungan mineral dalam air sungai ini sangat tinggi dan baik untuk kesehatan. Bahkan hingga saat ini, Perusahaan Air Minum Daerah Aceh Utara serta salah satu Perusahaan Air Minum Swasta Internasional dengan merek terkenal, memanfaatkan air sungai ini sebagai bahan bakunya.

Selain itu, Arus sungai Krueng Pasee juga sangat cocok untuk dikembangkan menjadi Objek Wisata Arung Jeram, karna DAS nya yang begitu ekstrim dengan bebatuan yang cukup besar-besar.

Tapi dibalik pesona itu semua, Krueng Pasee masih menyimpan satu lagi daya tarik yang luar biasa, yakni spesies yang bersemayam di dalamnya. Apa itu?

Berikut dua jenis (dari sekian banyak) ikan yang hidup di dalam derasnya arus Krueng Pasee yang sangat fenomenal dan paling dicari oleh para pemburu ikan air tawar:

1. Ikan Keureulieng


Ikan Keureulieng yang berhasil didapat
oleh nelayan setempat.
Ikan keurlieng atau disebut juga ikan jurung (Mahseer) adalah salah satu jenis ikan penghuni Krueng Pasee. Keberadaannya kini semakin langka. Karna rasanya yang begitu lezat, meski saat mengolahnya cuma sekedar dibakar atau dimasak dengan cara apapun, telah menjadikannya sebagai salah satu spesies paling diburu di kawasan ini.
Belakangan, nelayan setempat hanya bisa menemukan ikan keureulieng berukuran kecil saja, padahal ikan ini dulunya bisa selebar pintu rumah dan sangat gampang didapat dengan cara dipancing atau dijaring.

Namun sekarang, untuk bisa menikmati ikan super mahal ini butuh perjuangan ekstra. Menurut informasi dari warga sekitar, ikan jenis ini hanya bisa didapatkan di lubuk sungai yang dalam. Harus pandai menyelam kata Agus (25), yang sering mencari ikan di kawasan ini.

Harga ikan keureulieng ini mencapai Rp.150.000 per kilogram, bahkan bisa lebih, mengingat peminatnya sangat tinggi sementara stoknya terbatas. Saat ini memang sudah ada beberapa petani yang mulai membudidayakan ikan tersebut di kolam air tawar, namun rasanya tidak lagi selezat yang hidup di alam bebas seperti yang terdapat di sungai Krueng Pasee ini.

2. Ikan Ileh

Pembeli sedang menawar harga Ikan Ileh dari
Nelayan di pedalaman Aceh Utara. 
Penghuni Krueng Pasee yang kedua, yang juga sudah sangat langka adalah Eungkot (Ikan) Ileh, dikenal juga denga Ikan Dundung. Ikan berbentuk belut raksasa ini pun tak kalah gurih saat disantap. Tekstur dagingnya yang lembut serta kulitnya yang kenyal membuat ikan ini enak diolah dengan cara apapun seperti ikan keureulieng tadi.

Di restoran-restoran Chinese, ikan ini tidak langsung dimasak dagingnya, tapi dipelihara dulu di aquarium dalam jangka waktu yang lama untuk diambil lendir yang ada di tubuhnya, selanjutnya lendir tadi digoreng menggunakan tepung khusus dan kemudian disajikan bagi pengunjung.

Hanya orang-orang berkantong tebal saja yang sanggup menyantap menu ini. Harganya cukup menguras isi kantong karna dipercaya bisa membangkitkan stamina dan libido yang memakannya.

Satu buah Ileh ukuran besar bisa mencapai panjang 3 meter lebih, dengan diameter sebesar pohon pinang atau tiang listrik. Sementara saat ini, para nelayan hanya  mampu mendapatkan ileh sebesar kaca sirup atau sebesar senter, itupun kalau lagi beruntung.

Harga ikan ileh ini juga sangat mahal. Ileh sebesar kaca sirup saja bisa dijual hingga Rp.50.000 per 3 inci, mahal banget kan? Makanya hewan ini pun kian langka di habitatnya. Karna untuk mendapatkannya juga butuh perjuangan.

Ikan predator ini tinggal di sela-sela batu di kedalaman air sungai tertentu. Para nelayan biasanya akan memanfaatkan air sungai yang sedang keruh untuk memancing, karna saat itulah ikan ileh keluar untuk mencari mangsanya.

Untuk menghindari kepunahan sumberdaya alam yang tak ternilai harganya ini, tentu dibutuhkan kerja sama semua pihak, misalnya masyarakat sekitar untuk sama-sama mengawasi alat tangkap, agar spesies-spesies ikan yang masih kecil yang hidup di sungai Krueng Pasee tersebut tidak ikut diambil oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Penguatan hukum adat tentu bisa menjadi salah satu alternatif --selain penerapan hukum positif-- untuk melindungi habitat mereka dari ancaman kepunahan yang terlalu cepat.[Goolerampoe]

“Euro dan Puasa Soh Bang Hapi”

Oleh:  Farhan Zuhri Baihaqi*
Beurujuk.com | Haji Piah salah seorang tokoh masyarakat yang gemar beribadah dan dermawan ketika bulan puasa datang.  Pada malam itu, Haji Piah buru-buru menuju ke meunasah setelah shalat magrib dan makan ba’da magrib di rumah.  Sesampai di meunasah Haji Piah duduk di shaf paling depan menunggu waktu isya sambil berdzikir.
Tiba-tiba salah seorang jamaah meunasah bertanya kepada Haji Piah “Bang Hapi! Kenapa teramat terburu-buru Bang Hapi dalam menuju ke meunasah? apakah ada yang mengejar?” tanya seorang jamaah kepada Bang Hapi sapaan akrab Haji Piah. Lantas wajah Bang Hapi yang tadi terlihat khusyuk berdzkir berubah merah dan semakin kerut “semakin cepat ke mesjid semakin banyak pahala bukan? Dan saya ke mesjid ingin banyak berdzikir dan i’tiqaf” spontan Bang Hapi dengan nada setengah marah.
Tak lama kemudian shalat isya pun dimulai dengan di imami oleh imam lulusan Timur Tengah dengan lantunan yang indah. Setelah shalat isya selesai, imam syik meunasah bertindak menjadi penceramah di malam itu berbicara banyak tentang “takabbur” dan “ujub”.
Ibadah Qiyamul Lailpun berlalu, Bang Hapi bergegas pulang ke rumah untuk ganti kostum lantas pergi menonton pertandingan Euro 2016 antara Spanyol vs Rep Ceko di Keude Kopi Bang Man, “Waduh Spanyol! tontonan yang membosankan, tiki taka tanpa penyelesaian akhir” kata Bang Hapi dengan nada besar seolah-olah sedang berada di tribun Stadion.
Dan akhirnya peluit panjang pun dibunyikan dengan kemenangan tipis Spanyol.  Bang Hapi terlihat sedikit kecewa, karena Spanyol tak mampu berpesta gol walau skor akhir dimenangkan oleh spanyol.
Pulang ke rumah dengan sedikit terlelah dan berwajah pucat. Sesampai di rumah Bang Hapi bersiap-siap mau tidur dan berkata kepada istrinya yang sedang tidur setengah sadar “mi! papi sudah pulang, nanti mami bangun cepat ya sahurnya, jangan lupa rebus telor bebeknya.”
Disaat Bang Hapi tidur waktu sudah menunjukkan pukul 03:00.  Tertidur dengan lelap dan nikmat dengan suhu Air Codetioner (AC) mencapai 18 derajat celsius. Disaat sedang terlelapnya tidur dan tiba-tiba istri Bang Hapi pun tersadar dari mati suri, “Pi! Papi bangun, sudah sahur sepertinya, dan Bang Hapi pun terbangun.
Bang Hapi dan Istri masih di kasur, namun amat terkejut ketika mendengar bacaanamiinn di meunasah pertanda sedang shalat subuh , “waduh mi, sudah kelewat imsak” kata Bang Hapi dengan nada emosi, “jehh! kenapa juga papi marah-marah, ya sudah kita puasa kosong (puasa soh) saja. Lagian papi pun pulangnya itu, sudah tau bulan puasa malah pulang larut malam” istri Bang Hapi pun berbicara dengan emosi.
Akhirnya Bang Hapi beranjak ke kamar mandi dan bersiap-siap shalat subuh, waktu pun berlalu dengan cepat, “maunya tadi malam gak perlu nonton bola, gara-gara Spanyol bermain konyol aku pun harus puasa soh hari ini. Ahhh lapar” terbesit dalam hati Bang Hapi sambil menunggu Ashar tiba dengan keadaan wajah pucat sambil memegang perut, akhirnya Bang Hapi begitu menyesal. (Layar Berita)
*) Alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry dan Pegiat Sastra

Suaranya Heboh di Medsos, Pemuda Aceh Ini Bertemu Imam Masjidil Haram

ustaz-yusuf-mansur-muzzamil-dan-imam-masjidil-haram
Beurujuk.com | Nama Muzammil HB saat ini menjadi populer di media sosial. Ia mendulang banyak pujian netizen karena suaranya sangat merdu saat membaca ayat-ayat Alquran. Nama pemuda ini menjadi heboh berkat videonya yang tersebar di saat menjadi imam tersebar luar di dunia maya.
Muzammil merupakan pria kelahiran Sigli pada 1993 silam sebenarnya telah meng-upload video bacaan Alqurannya sejak 2012 silam. Namun menjelang Ramadhan tahun 2016 ini baru heboh. Ia mengaku menyebarkan video ini bertujuan untuk berdakwah, memberi motivasi, dan inspirasi. Namun ia tak menyangka, berkat hal tersebut namanya menjadi tenar saat ini.
Ternyata suaranya tak hanya dinikmati netizen Indonesia saja, imam masjidil Haram Syeikh Badul Rahman bin Jamal Al Ausy pun memberi pujian kepada mahasiswa arsitek Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Beberapa waktu yang lalu saat berkunjung ke Indonesia Sang Syeikh dipertemukan dengan Muzammil dan mendengar langsung bacaan pemuda ini.
Dalam video yang diungguh Syeikh Abdul Rahman dalam Instagramnya tampak Muzammil tiba-tiba muncul saat beliau sedang berceramah di hadapan jamaah didampingi oleh Ustaz Yusuf Mansur yang sekaligus sebagai penerjemah.
Mendapat kesempatan langka, Muzammil tampak terharu dan langsung memeluk Syeikh Abdul Rahman. Kemudian ia disuruh membacakan Ayat-ayat Alquran di hadapan jamaah.
Berikut video-video pertemuan Muzammil HB dengan Imam Masjidil Haram yang dikutip langsung dari Instagram Syeikh Abdul Rahman Al Ausy. [tebarsuara.com]

Cerita Warga Aceh di Norwegia Berpuasa 20 Jam Lebih

Bahar Nur, warga Aceh yang kini menetap di Norwegia. | Foto Ist

Beurujuk.com | Umat Muslim di beberapa negara Eropa menjalani cobaan berat dalam menjalankan ibadah puasa. Khususnya negara Eropa bagian Utara yang tahun ini harus berpuasa hingga 20 jam dalam sehari. Ini dikarenakan di sana sedang berlaku musim panas yang panjang dimana matahari akan terlihat lebih lama di siang hari. Namun sebaliknya malam hari sangat terasa singkat sekali.

Pengalaman berpuasa 20 jam inilah yang dirasakan Bahar Nur, warga Aceh yang kini sudah menetap di Norwegia. Pemuda asal kota Lhokseumawe yang kini menetap di kota Stavanger, sekitar 454 km dari ibukota Oslo, harus berpuasa enam jam lebih lama dibandingkan durasi puasa di Aceh yang hanya 14 jam dalam sehari.

“Thon nyoe agak trep bacut puasa jih seubab kali nyoe musem su’um panyang that. (Tahun ini agak lama sedikit puasanya sebab kali ini musim panas sekali),” kata Bahar Nor kepada mediaaceh.co via situs jejaring Facebook, Selasa malam, 7 Mei 2016.

Menurutnya, jarak waktu imsak dan berbuka puasa hanya selisih waktu sekitar 3,5 jam. Artinya, warga Muslim setempat harus berbuka puasa, salat tarawih dan sahur dalam waktu berdekatan.

“Jadwal imsak di sini diawali pada pukul 03:00 dan waktu iftar (buka puasa) pukul 23:00. Sebab di kota saya tinggal, kalaupun malam tidak malam kayak di Aceh, langit masih terlihat seperti senja magrib hingga Subuh. Jadi usai salat Magrib, kami harus bergegas ke Masjid untuk melaksanakan tarawih dan witir agar jadwal sahur jangan tertinggal,” kata Bahar lagi.

Bahar mengaku, meski waktu berpuasa bagi warga Muslim disana cukup lama tidak menyurutkan langkah mereka untuk tetap menjalankan salah satu rukun Islam tersebut.

“Bahpih sinoe kamoe katrep tinggai dan kana generasi baro bansa Aceh sinoe, kamoe teutap hana tuwoe ilmee agama ngon adat istiadat Aceh. Bahkan aneuk-aneuk kamoe sinoe mantong meupeureunoe bahasa Aceh. Meunyoe bahasa Inggreh ngon Norsk (bahas Norwegia-red) awaknyan dipeugah di sikula ngon di luwa rumoh (biarpun disini kami sudah lama tinggal disini dan sudah ada generasi baru bangsa Aceh, kami tetap tidak melupakan ilmu agama dan adat istiadat Aceh. Bahkan anak-anak kami disini masih kami ajarkan bahasa Aceh. Sedangkan bahasa Inggris dan Norsk mereka gunakan di sekolah dan di luar rumah),” ujarnya lagi.

Bahar Nor merupakan salah satu dari 350 warga Aceh yang kini sudah menetap di Norwegia sejak 2003 lalu. Sebelumnya, pria berusia 37 tahun ini berstatus sebagai pencari suaka sejak Aceh dilanda gejolak konflik. Ia mengaku, meski tinggal jauh dari tanah air dan sanak familinya, tidak menyurutkan hatinya untuk melupakan tradisi Aceh. Salah satunya adalah perayaan "meugang" dan "tot leumang".

Menurutnya, daging halal dan makan-makanan khas Asia bisa mudah mereka dapatnya di toko-toko Muslim yang termasuk kategori mahal dan antri.

"Biarpun kami disini susah mencari bambu untuk membuat leumang, kami biasanya gunakan pipa alumunium untuk memasak leumang. Bahpih hana meunyum lagee leumang di gampong, asai kasep syarat dilee bacut (biarpun rasanya tidak khas seperti rasa leumang di kampung pada umumnya, asalnya mencukupi syaratnya saja)," ujarnya sambil tertawa terkekeh. [Media Aceh]

Secuil Kisah Ahmad Leupon, Panglima Operasi GAM yang Mahir Merakit Alat Perang


Ibunda Ahmad Leupon dan kedua anaknya foto bersama Panglima Sagoe Paya Poe, Muhammad Azmuni Bodrex.
Tebar Suara | Muhammad, demikian nama asli lelaki kelahiran Gampong (desa) Leupon, salah satu gampong di pedalaman Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara. Ahmad Leupon, demikian nama panggilannya kala Aceh masih bergejolak perang. Pagi meranjak siang, Minggu (8/5/2016) tim ACEHXPress.com didampingi oleh Panglima Sagoe Paya Poe, Daerah III Teungku Chik di Paya Bakong, Muhammad Azmuni yang akrab dengan sapaan Bodrex, dan sejumlah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) lainnya mengunjungi kediaman orangtua Ahmad Leupon di Gampong Blang Trieng, Tanah Luas.
Kunjungan tersebut untuk menghadiri acara peusijuek sunat (khitanan) anak bungsu Ahmad Leupon, yang saat ini sudah meranjak dewasa. Namanya Muhammad Ilham, umurnya 12 tahun dan tercatat sebagai siswa di salah satu sekolah menengah pertama di kecamatan Tanah Luas. Dari kejauhan, Ilham melihat gerombolan mantan kombatan GAM yang juga merupakan kerabat almarhum ayahandanya tiba di kediaman neneknya, disini acara peusijuek tersebut dilaksanakan.
Raut wajahnya mulai gelisah, matanya berkaca-kaca, suaranya serak. “Bang Bodrex, neulangkah u dalam neudong foto ngon lon sion. (Bang Bodrex, masuklah kedalam untuk foto berdua sekali),” ajak Ilham. Ajakan tersebut dipenuhi oleh lelaki bertubuh tegap itu yang juga pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPR Aceh pada Pileg 2014 lalu. Sambil memeluk Ilham, Bodrex juga mengajak Sri Wahyuni (17), kakaknya Ilham dan ibunda Ahmad Leupon, Ainul Mardhiah (64). “Mak, jak tadoeng foto sama-sama neuhoi si Yuni chit. (Mak, mari kita foto bersama dan ajak Yuni juga),” ajak Bodrex.
3
Kemudian, Bodrex pamit untuk menikmati hidangan bersama rekannya di bawah tenda yang telah disiapkan didepan rumah semi permanen yang dikelilingi pohon-pohon besar itu. Dalam kesempatan tersebut ACEHXPress.com berhasil mewawancarai saksi kunci dalam kontak tembak yang merengut nyawa Ahmad Leupon.
Adalah Junaidi, pria ini dijuluki Jacky Chan sebagai nama lapangannya. Masa itu tahun 2004, saat akan dilakukan pemilihan Presiden Republik Indonesia. Dua hari sebelumnya, sembilan pasukan GAM turun dari kompinya daerah Pucoek Alue Kareung di pegunungan ke permukiman warga untuk mengambil logistik untuk disuplay ke rekan-rekan perjuangannya di hutan. Kemudian, lanjutnya, enam orang lainnya kembali ke hutan dan tinggal Ahmad Leupon, Nadir Sumbok dan Jacky Chan beristirahat di permukiman warga.
2
Junaidi alias Jacky Chan
“Hari itu saya dan Basyir dipilih oleh almarhum untuk menetap bersamanya, kami turun dengan senjata lengkap, dan beristirahat di salah satu rumah warga di samping masjid Gampong Blang Pie,” ungkap Jacky Chan.
Menurutnya lagi, saat sedang beristirahat Nadir Sumbok mengeluh untuk ditukar dengan anggota GAM lainnya dikarenakan alasan kesehatan. Kemudian, Ahmad Leupon yang merupakan Panglima Operasi GAM tidak memenuhi permintaan tersebut. Dikatakannya lagi, gelagat pemilik rumah tempat mereka singgah mulai mencurigakan, keluar masuk rumah, tak lama kemudian terlihat puluhan TNI berdatangan diujung jalan yang berjarak sekitar 100 meter.
4
Rumah persembunyian Ahmad Leupon cs kala itu.
Jacky Chan dan Nadir Sumbok mulai was-was, namun tidak sama halnya dengan Ahmad Leupon. Dia tidak mengkhawatirkan militer Indonesia akan mengepung lokasi tempat mereka singgahi tersebut. Pemilik rumah semakin mencurigakan, bahkan hari itu kala matahari yang sudah meranjak terbenam terlihat oleh Jacky Chan pemilik rumah tersebut menjumpai militer Indonesia.
Malam pun larut, jangkrik mulai bernyanyi dengan nada-nada indahnya, Ahmad Leupon dan kawan-kawan baru saja menyelesaikan ibadah shalat isya. Disebelah rumah, yang merupakan masjid terlihat anggota Polisi dari Polsek Tanah Luas sedang menyiapkan kotak suara untuk pemilihan presiden keesokan harinya. Namun, persembunyian mereka tidak tercium oleh Polisi.
“Bang, musuh diluar,” ujar Jacky Chan kepada Ahmad leupon.
“Sudah kamu ketahui ada musuh diluar, jadi bagaimana? Kalau saya intruksikan tembak, ya tembak,” jawab Ahmad Leupon kala itu.
Malam semakin larut, angin berhembus pelan, menggoyangkan daun-daun di halaman rumah, militer Indonesia mulai merapatkan gerakannya ke rumah Ahmad Leupon cs beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB pagi, kabut mulai menutupi daratan tinggi itu.
“Ada anggota GAM didalam tiga orang,” sebut salah satu militer Indonesia pada rekannya yang sudah berada di halaman rumah.
“Kami sudah tahu ada GAM didalam rumah ini, cepat keluar sebelum kami tembak,” ujar salah satu militer Indonesia lainnya dengan nada keras.
Intruksi tersebut tidak digubris Ahmad Leupon cs, bahkan mereka mengintip dari sudut-sudut rumah. Lalu, Ahmad Leupon mengokang senjata miliknya. Menembak salah satu militer Indonesia tepat di jidatnya. Diluar rumah, Militer Indonesia yang tak menerima temannya meninggal dunia juga bersiap menembak kedalam. Didalam rumah, tiga kombatan GAM mulai berwasiat sesamanya.
“Kalau saya yang mati, tolong jaga ibu, isteri dan anak-anak saya. Anak saya titipkan did ayah untuk mengaji,” pesan Ahmad Leupon kepada Jacky Chan. Saat menceritakan wasiat ini kepadaACEHXPress.com, Jacky Chan mengeluarkan airmatanya. Terlihat juga Panglima Sagoe Paya Poe, Bodrex dan kawan-kawan juga matanya berkaca-kaca.
Dilanjutkannya, Militer Indonesia mulai menembak kedalam. Ahmad Leupon cs mulai merayap keluar rumah dalam kondisi gelap gulita. Saat itu, pihak GAM juga membalas tembakan dari dalam rumah. Sambil merayap keluar rumah, Nadir Sumbok terkena tembakan, meninggal ditempat. Lalu, dengan keberaniannya Ahmad Leupon tetap bersikukuh untuk membalas tembakan ke arah militer. Tepat di pintu belakang rumah, Ahmad Leupon kembali menembaki kea rah militer yang juga dapat balasan tembakan dari luar. Ahmad Leupon meminta Jacky Chan untuk keluar rumah dengan menggunakan kain dan menutupi kepalanya, dengan maksud menyamar selayak perempuan. Dalam balutan kain tersebut, Jacky Chan menyembunyikan senjatanya dan memakai rompi anti peluru. Dibelakangnya, Ahmad Leupon juga ikut merayap.
Jacky Chan berhasil dengan penyamarannya, dia lolos saat itu. Namun tidak dengan Ahmad Leupon, dia tertembak diantara ilalang dan pohon pandan di belakang rumah persembunyian tersebut. Dua anggota GAM syahid pagi menjelang subuh kala itu.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun..
1
Lokasi tertembaknya Ahmad Leupon.
Semasa hidupnya, Ahmad Leupon dikenal sebagai pasukan GAM yang tangguh. Keberaniaannya sangat ditakuti lawan. Gerak geriknya tidak mencurigakan, taktik perang sangat dikuasainya. Daripada itu, dirinya dipilih oleh pimpinan GAm menjabat sebagai panglima operasi.
Demikian ungkap Bodrex, panglima sagoe paya poe, menurutnya, yang sangat dikagumi dari sosok Ahmad Leupon adalah kecerdasannya merakit alat perang. Bahkan, Ahmad Kandang sangat menyayangi Ahmad Leupon dikarenakan kehebatannya melebihi komputer dikarenakan mampu merakit bom dan senjata yang besar.
ahmad leupon
Ahmad Leupon semasa hidup dan senjata hasil buatannya.
“Saat itu kami pernah harus membayar lahan kakao milik warga saat uji coba senjata buatan Ahmad leupon, hangus 4 hektar lahan saat itu,” ungkap Bodrex.
Sri Wahyuni (17 tahun) dan Muhammad Ilham (12 tahun) buah hati dan titipan Ahmad Leupon dalam wasiatnya. Kini keduanya berstatus yatim piatu. Ibunya, Nurhayati, juga telah kembali pada Sang Khalik pasca Aceh berstatus damai. Saat ini kedua buah hati sang pejuang itu tinggal bersama sang nenek yang sudah renta.
Semoga wasiat Ahmad Leupon dapat ditunaikan oleh para kerabatnya semasa di hutan, yang saat ini masih diberikan umur oleh Sang Pencipta. Semoga Yuni dan Ilham mendapatkan orangtua angkat, layaknya anak-anak yang lain, Semoga…!!(AcehXpress) [tebarsuara.com]

Sejarah Yang Dihilangkan, Acehlah Yang Mendirikan Dan Lahirnya Indonesia


Daerah Aceh merupakan Modal utama dalam perjuangan kemerdekaann Republik Indonesia, karena tidak pernah dikuasai oleh musuh dan masih utuh sepenuhnya. Aceh merupakan juga daerah yang selalu menyumbang atau selalu memberi bantuan kepada Republik Indonesia; baik berupa senjata, makanan, dan pakaian untuk membantu perjuangan dalam menegakkan kemerdekaan. Unsur ajaran Islam berupa semangat jihad fisabilillah atau Perang di Jalan Allah sangat berperan dalam perang kemerdekaan Indonesia di Aceh. Hikayat Prang Sabi (Hikayat Perang Sabil), yang mendorong rakyat Aceh melawan Belanda pada Zaman Perang Belanda dahulu, juga bergema kembali pada era perang kemerdekaan Indonesia.
Tebar Suara |  Tanggal 17 Agustus 1945 Republik Indonesia di proklamirkan kemerdekaannya oleh Soekarno Hatta. Pernyataan kemerdekaan itu tidak langsung diterima baik oleh semua pihak, terutama pihak Belanda dengan gigih berusaha untuk kembali menguasai seluruh kepulauan Indonesia. Pertentangan pihak Belanda dengan Indonesia sampai menjelang tahun 1950. mereka menjalankan politik adu domba dan pecah belah diantara rakyat Indonesia dengan maksud dapat menduduki kembali seluruh kepulauan Indonesai.

Dalam upaya menjajah Indonesia kembali, Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar dan radio, bahwa kedatangan mereka ke Indonesia bukan untuk berperang dan menjajah, tetapi menjaga keamanan yang diakibatkan oleh perang Dunia II. Selain melalui siaran propaganda, pihak Belanda juga melakukan dua kali agresi bersenjata terhadap Indonesia, yaitu agresi pertama tahun 1947 dan kedua tahun 1948. Akibat serangan itu  dalam waktu relatif singkat hampir seluruh wilayah Indonesia dapat mereka duduki kembali.

Daerah yang belum mereka kuasai satu-satunya adalah Aceh, sehingga Republik Indonesia yang berusia muda itu masih mempunyai modal yang sangat kuat untuk mempertahankan kedaulatan kemerdekaannya. Belanda berkali-kali berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di daerah Aceh dengan pendaratan pasukannya yang selalu dapat digagalkan. Beberapa kali Belanda melancarkan serangan udara terutama terhadap komando Artileri dilapangan udara Lhok Nga dan beberapa kota lainnya, seperti Ulee Lheue, Sigli, Lhoksumawe, Langsa, Meulaboh dan Tapak Tuan, tetapi dapat di balas rakyat Indonesia di daerah Aceh dengan menggunakan meriam-meriam anti pesawat terbang.

Pasukan marinir Belanda juga selalu berusaha melakukan percobaan pendaratan pada tempat-tempat strategis dan pelabuhan-pelabuhan sepanjang pantai Aceh, seperti Ulee Lheue, Ujong Batee, Krueng Raya, Sigli, Ulee Kareueng, Lhoksumawe, Langsa, Meulaboh, Tapak Tuan dan lain-lain. Armada-armada perang Belanda yang sering beroperasi pada waktu itu, antara lain Jan Van Bukker, Ban Jan Van Gallaen.

Oleh karena kuatnya pertahanan pantai  yang dilengkapi dengan meriam-meriam pantai hasil rampasan dari tentara Jepang serta dilandasi pula oleh semangat rakyat yang bergelora, maka wilayah Aceh terus dapat dipertahankan kemerdekaannya dengan selalu mengagalkan rencana pendaratan Belanda. Untuk mengetahui situasi  di darat, Belanda sering menangkap para nelayan dengan menyeret mereka ke kapal. Rencana Belanda untuk menduduki daerah Aceh tidak pernah terlaksana sampai saat mereka mengakui kemerdekaan Indonesia pada akhir tahun 1949.

GELORA KEMERDEKAAN DI ACEH
 
Berita  proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak segera diketahui di Aceh. Berita baru diketahui secara resmi oleh rakyat Aceh pada tanggal 29 Agustus 1945 setelah  kembalinya Mr. T.M. Hasan dan Dr. M. Amir dari Jakarta. Kedua orang ini mewakili pusat Republik Indonesia untuk seluruh pulau Sumatera.

Akan tetapi desa-desus mengenai berita tersebut jauh sebelumnya telah didengar oleh beberapa orang tokoh Aceh. Mereka belum berani mengumumkannya kepada masyarakat, karena masih merasa takut pada kekejaman tentera Jepang..

Setelah diketahui secara resmi tentang kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia, atas keberanian para pemuda Aceh terus mengadakan kampaye kepada rakyat untuk menyiarkan berita tersebut. Melalui usaha para pemuda pula yang dengan  beraninya mencetak berita-berita itu pada percetakan “Semangat Merdeka” serta kemudian disebarkan kepada masyarakat dengan sangat hati-hati, karena pada masa itu Jepang masih menguasai semua instansi pemerintahan.

Para pemuda melaksanakan pengambilan beberapa instansi pemerintahan Jepang seperti Kantor Percetakan “ Atjeh Shimbun”, Pemancar Radio Jepang “Hodoka” Kantor Berita Jepang “Domei” dan instansi-instansi lainnya; yang diperlukan bagi memperlancar pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Surat kabar “Semangat Merdeka” diterbitkan 14 Oktober 1945 oleh para pemuda untuk menyebarluaskan berita-berita proklamasi dengan cara menempel di tembok-tembok, di rumah-rumah, di toko-toko, di kantor dan sebagainya.

Pihak Sekutu yang menang perang terhadap Jepang tidak berapa lama kemudian mendarat di Indonesia dengan membonceng tentara Belanda dan NICA (Netherlands Indies Civil Administation) di belakangnya. Sebelum melakukan pendaratan, Jenderal Sir Philip Christison yang memimpin pasukan Sekutu pada tanggal 25 September 1945 menyiarkan dari Singapura melalui radio dan wawancara Pers bahwa tentara Sekutu yang mendarat di Jawa dan Sumatera tidak membawa serdadu-serdadu Belanda dan NICA. Bendera merah putih boleh di kibarkan terus dan organisasi di bawah pimpinan Soekarno tidak dilucuti senjatanya.

Jenderal Sir Philip Christison menegaskan pula, bahwa hanya ada tiga tugas dari kedatangan tentara Sekutu di Indonesia, yaitu melucuti senjata Jepang, mengembalikan orang tawanan dan tahanan Jepang; serta menjaga keamanan. Propaganda yang disiarkan oleh Christison ini berlainan sekali dengan kenyataannya. Setelah tentara Sekutu mendarat di Indonesia.mereka mengadakan tindakan-tindakan seperti merampas toko-toko, kantor-kantor pemerintah. Sekutu memperkuat pula kedudukannya di beberapa kota di Indonesia, serta melakukan kekacauan di kota-kota yang menimbulkan insiden-insiden kecil yang kemudian berubah menjadi pertempuran secara besar-besaran.

Daerah Aceh yang merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia, agak berbeda  dari daerah-daerah lainnya dalam mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.. Selama berkecamuknya perang kemerdekaan, Aceh tetap dapat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia secara keseluruhan.

Aceh di juluki sebagai Daerah Modal, bukan saja dari kekuatan-kekuatan rakyat Aceh mempertahankan tanah air, tetapi juga karena di Aceh terdapat alat komunikasi seperti pers dan radio. Dengan adanya pers dan radio mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain serta antara pemerintah Aceh dengan pemerintah pusat.

Daerah Aceh memang tidak berhasil di kuasai musuh, namun bukan berarti daerah ini tidak pernah di serang oleh tentara Belanda. Mereka sering melakukan serangan baik melalui udara maupun laut seperti didaerah Lhok Nga, Ujong Batee, Ulee Lheue, Lhoksumawe dan beberapa tempat lainya. Namun demikian serangan-serangan Belanda itu selalu dapat dipatahkan oleh angkatan bersenjata daerah Aceh.

Ketidakberhasilan Belanda menguasai Aceh, menyebabkan Aceh menjadi aman dan pemerintah berjalan lancar. Hal ini memberikan kesempatan kepada Aceh untuk memperbaiki dan membangun saluran komunikasi seperti pers dan radio, karena itulah melalui pers  dan  radio pemerintah Aceh dapat memberi bantuan yang pertama-tama ke daerah-daerah lain yang sedang menghadapi tentara Belanda.

Demi  kelancaran perhubungan Aceh dengan daerah-daerah lain di Indonesia, pemerintah daerah Aceh pertama sekali menggunakan media massa Post Telegram Telepon (PTT). Post Telegram Telepon sudah dikenal di Aceh semasa Belanda berkuasa di Aceh. Post Telegram Telepon mempunyai peranan dalam masa perang kemerdekaan Republik Indonesia, karena melalui media ini dapat menyampaikan suatu berita dan menerima berita secara praktis tanpa ada alat perantara.

Keberadaan telegram tersebut membuat daerah Aceh lebih percaya diri dalam rangka membantu bangsanya yang sedang berjuang mati-matian mmpertahankan kemerdekaan Republikm Indonesia. Kemudian pemrintah daerah Aceh mengirim pasukan bersenjata Aceh untuk memperkuat perlawanan terhadap  Belanda yang  penting sekali artinya di daerah lainnya.

Pemancar radio Kutaraja pada mulanya sangat sederhana bentuknya dan keadaannya. Namun demikian peranannya dalam mendorong dan membangkitkan semangat juang rakyat melawan pemerintah Belanda sangat penting sekali artinya di masa revolusi tersebut.

Ketika Belanda melancarkan agresi yang pertama ke seluruh pelosok tanah air Indonesia dan pada hari itu juga yaitu tanggal 21 Juli 1947, lapangan terbang Lhok Nga mendapat serangan dari Angkatan Udara dan Angkatan Laut, yang kemudian di ikuti dengan  beberapa daerah  pantai lainnya. Namun Belanda tetap tidak berhasil menguasai Aceh, sedangkan daerah-daerah diluar Aceh hampir keseluruhan dapat dikuasai mereka. Ketika itu peranan radio Kutaraja semakin bertambah penting kedudukannya sebagai  alat komunikasi.

Disamping radio Kutaraja, angkatan perang atau Gajah Devinisi X atas nama pemerintah daerah Aceh; walau dalam keadaan kritis ini berhasil pula mendirikan sebuah pemancar lagi yang kuat jangkauan siarannya, yaitu di kenal dengan nama Radio Rimba Raya. Melalui radio Kutaraja dan Radio Rimba Raya inilah secara bersama-sama amat  berperan dalam rangka mengorbarkan semangat kepada para prajurit di kantong-kantong gerilya yang sedang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Radio Kutaraja yang pada umumya memberi semangat kepada para pejuang yang berada digaris depan, maupun kepada masyarakat untuk memberi sumbangan untuk pembiayaan perang di sekitar daerah Aceh serta daerah-daerah lain sejauh jangkauan siarnya; dapat di terima dalam wilayah Indonesia.
.
Dalam suatu revolusi nasional atau dikenal dengan kemerdekaan Indonesia, bahwa faktor ekonomi juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya revolusi yang sedang berlangsung. Peranan pers dan radio dalam perang kemerdekaan dibidang ekonomi adalah menyiarkan tentang kebutuhan para pejuang, agar masyarakat dapat membantunya seperti memberi sumbangan makanan, pikiran dan 
persediaan perlengkapan lainnya.
Pada bulan Juni 1948 Presiden Soekarno dalam kunjungannya ke Aceh, mengundang tokoh-tokoh pejuang, para pengusaha, dan beberapa pemuda untuk berkumpul di Hotel Atjeh. Presiden meminta kepada masyarakat Aceh untuk menyumbangkan dua buah pesawat yang sangat di butuhkan untuk kelancaran perjuangan. Dengan bantuan para saudagar, pemerintah daerah Aceh telah dapat membeli dua buah pesawat pada akhir bulan Oktober 1948 dengan nomor register RI-001. pesawat itu kemudian oleh Presiden Soekarno diberi nama “Seulawah RI-001.” Sementara pesawat satu lagi telah di hadiahkan kepada pemerintah Birma, sebagai tanda terima kasih atas semua fasilitas yang di berikan untuk perwakilan Garuda beroperasi di Birma.

PERAN ACEH DALAM PERANG KEMERDEKAAN RI
 
Perjuangan Rakyat Aceh di Medan Area. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Aceh pasukan angkatan perang Aceh tidak hanya berjuang di Aceh saja akan tetapi juga terus-menerus dikirim ke Medan atau pun ke tempat-tempat lain di Sumatera Timur(sekarang:Sumatera Utara). Di sana pasukan Aceh  berjuang di Medan Area dan berbagai medan pertumpuran yang hendak dicaplok musuh. Menghadapi tentara Belanda yang bersenjata mutakhir, panglima tentara RI Mayor Jenderal R. Suharjo Harjowardoyo menumpahkan harapan besar kepada pasukan Aceh.

Dalam sebuah telegramnya, panglima meminta kepada pemimpin rakyat Aceh supaya menyediakan terus kekuatan dari Aceh ke Medan. Pengembalian kota Medan terletak di tangan saudara-saudara segenap penduduk Aceh.

Akibat agresi pertama Belanda ini menyebabkan negara republik Indonesia dihadapkan kepada suatu tantangan besar. Dalam situasi yang krisis itu wakil Presiden Muhammad Hatta mengangkat Tgk. Muhammad Daud Breu-eh menjadi gubernur militer untuk daerah Aceh, Langkat dan Tanah Karo dengan pangkat Jenderal Mayor. Akibat agresi Belanda pertama banyak pasukan dan rakyat Sumatera Timur mengungsi ke Aceh yang masih aman dari tekanan pihak Belanda.

Pada masa Tgk. Muhammad Daud Beureu-eh menjadi Gubernur Militer Daerah Aceh, Langakat dan Tanah Karo; terjadilah agresi Belanda kedua. Pada hari pertama agresi tersebut tanggal 19 Desember 1948 Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta dapat di duduki oleh Belanda, Presiden Soekarno dan Wakil Prsiden Muhammad Hatta beserta beberapa menteri dan beberapa tokoh lainnya dapat ditawan oleh Belanda. Tanggal 19 Desember 1948  pemerintah memberikan kuasa kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang ketika itu berada di Bukit Tinggi untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan PDRI, sedangkan di Jawa dibentuk Komisariat Pemerintahan yang terdiri dari Mr. Sukiman. Mr. Susanto Tirtiprodjo.

Dengan agresi Belanda yang kedua dapat dilakatakan, bahwa hampir seluruh wilayah di Sumatera telah berada di bawah kekuasaan Belanda. Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah Daerah Aceh.

Untuk mengahadapi kekuatan Belanda di Sumatera Timur(Sumatera Utara) dan didasarkan kepada pertimbangan, bahwa lebih baik pasukan  Aceh menyerang Belanda dari pada bertahan di Aceh, Laskar berjumlah 60 orang yang diperbantukan pada batalion TRI Devisi juga dikirimkan ke kesatuan laskar Aceh dari Devisi Tgk. Chik Di Tiro, Divisi Direncong, Devisi Tgk. Chik Paya Bakong dan Tentara Pelajar. Oleh karena semakin hari semakin banyak yang datang ke Medan Area, maka terpaksa dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut dengan RIMA (Resimen Istimewa Medan Area) yang terdiri dari 4 batalion yaitu batalion Wiji Alfisah, batalion Altileri Devisi Rencong, Devisi Tgk. Chik Di Tiro, dan Devisi Tgk. Chik Paya Bakong.

Tugas pertama dari pasukan tersebut adalah untuk merebut kembali daerah yang diduduki Belanda. Namun hal  ini kurang berhasil karena kurang terkoordinirnya pasukan  bersenjata Republik Indonesia,  bahkan sering terjadi pasukan komando itu tidak dapat menjalin kerjasama, sehingga tidak dapat menggerakkan suatu serangan yang serentak terhadap Belanda.

Walaupun tugas utamanya tidak berhasil, namun untuk menghalau gerak maju pasukan Belanda ke Aceh cukup berhasil. Ini dapat dilihat karena tidak ada satu daerah pun di Aceh dapat di duduki kembali oleh Belanda.

SUMBANGAN RAKYAT ACEH
 
Daerah Aceh merupakan daerah yang tidak pernah dikuasai oleh musuh dan merupakan modal utama Republik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaannya. Pernyataan ini didukung kenyataan, bahwa satu-satunya daerah  dalam wilayah Republik Indonesia pada waktu itu yang  tidak pernah diduduki oleh Belanda adalah daerah Aceh. Hal ini pulalah yang dijadikan modal utama utusan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KBM) di Den Haag itu, bahwa Republik Indonesia  masih memiliki wilayah bebas penguasaan Belanda.

Selain itu ucapan Presiden diatas berhubungan dengan berbagai sumbangan yang telah diberikan rakyat Aceh kepada perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, seperti sumbangan sebuah pesawat. Mengenai antusias rakyat Aceh dalam membantu pembelian pesawat udara ini di ceritakan oleh beberapa informan, bahwa rakyat begitu rela pintu rumah mereka digedor di waktu malam hari untuk menyumbangi sebagian dari emas atau barang lainnya demi untuk negara.

Pesawat yang dibeli dengan sumbangan rakyat Aceh ini diberi nama “Seulawah” yaitu nama sebuah gunung yang terdapat di perbatasan Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, dan pesawat ini diberi nimor RI-001.

Bahwa uang yang disumbangkan rakyat Aceh untuk membeli pesawat udara jenis Dakota tersebut cukup untuk dua pesawat. Namun sebuah diantaranya masih merupakan teka-teki, karena menurut kenyataan yang ada hanya sebuah pesawat (RI-001). Menurut A. Hasjmy,  bahwa penyelewengan ini dilakukan di Singapura, tetapi pelakunya belum diketahui. Namun sebuah sumber lain menyebutkan bahwa pesawat yang satu lagi telah dihadiahkan kepada pemerintah Birma, sebagai tanda terima kasih atas semua fasilitas yang diberikan perwakilan Garuda beroperasi di Birma.

Pada mulanya pesawat ini merupakan jajaran dalam angkatan udara Republik Indonesia dan rute luar neger,i yaitu Birma dan Calkutta. Sedangkan fungsinya didalam negeri selain dapat menjembatani pulau Sumatera dan Jawa; juga untuk menerobos blokade Belanda menerbangkan tokoh-tokoh politik bangsa Indonesia.
Kemudian pada tanggal 26 Januari 1949 RI-001 menjadi pesawat komersil yang dicarter oleh Indonesia Airways, yang kemudian dikenal dengan Garuda Indonesia Airways. Adapun menagernya yang pertama adalah Wiweko Supeno.

Selain telah menyumbang pesawat udara untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, rakyat Aceh juga menyumbang kepada pemerintah Republik Indonesia berupa senjata, makanan, pakaian dan lain-lain untuk membantu perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Timur. Pada tahun 1948 rakyat Aceh telah mengirimkan ke daerah Medan Area sebanyak 72 ekor kerbau.

Peranan Radio Rimba Raya
 
Salah satu modal perjuangan Bangsa Indonesia pada masa perang kemerdekaan adalah alat komunikasi, yaitu Radio Rimba Raya. Sejak masa awal perang kemerdekaan 1946 daerah Aceh telah memiliki sebuah pemancar radio yang ditempatkan di Kutaraja. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam tahun1947 ditambah sebuah pemancar lagi yang ditempatkan di Aceh Tengah dan dikenal dengan nama Radio Rimba Raya. Kedua pemancar ini telah memegang peranan cukup besar pada masa perang kemerdekaan, sehingga sarana ini dapat dikatakan Modal Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.

Mengenai Radio Republik Indonisia Kutaraja,  pertama kali mengumandang di udara pada tanggal 11 Mei 1947 dengan kekuatan 25 watt melalui gelombang 68 meter. Jangkauan siarannya hanya sekitar Kutaraja, namun dalam perkembangannya tahun 1947 radio ini berhasil di kembangkan menjadi 100 watt, yang jangkauan siarannya sampai ke kota Medan dan Bukti Tinggi. Selanjutnya pada bulan  April 1948 radio ini di kembangkan lagi hingga menjadi 325 watt dan mengudara melalui gelombang 33,5 meter dan penyiarannya sudah dapat di tangkap di luar negeri. Ketika Dewan Keamanan Perserikatan  Bangsa-bangsa (PBB)  bersidang membicarakan masalah pertikaian antara Republik Indonesia dengan Belanda, Radio Republik Indonesia Kuta Raja ini  berulang-ulang mengadakan siaran  dengan menyiarkan hasrat/keinginan dan tekad bangsa Indonesia dalam mempertahankan  kemerdekaannya.

Mengenai Radio Rimba Raya berbeda dengan Radio Republik Indonsia Kutaraja. Pemancar Radio Rimba Raya ini mempunyai kekuatan cukup besar yaitu 1 kilowatt yang dikelola oleh Devisi X TNI yang dipimpin Mayor John Lie.

Pemancar ini pertama sekali dipasang di Krueng Simpo sekitar 20 km dari kota Takengon, kemudian atas perintah Gubernur Militer radio ini dipindahkan ke Cot Gu (Kutaraja). Lalu dipindahkan lagi ke Aceh Tengah karena para pemimpin memperkirakan, bahwa pada gilirannya Belanda akan menyerbu ke Aceh. Radio ini di tempatkan di sebuah gunung yang dikenal dengan Burmi Bius yang letaknya 10 km dibagian barat kota Takengon.

Dalam waktu singkat sesuai dengan suasana yang mencekam dan kebutuhan mendesak, pemancar Radio Rimba Raya selesai di bangun yang dikerjakan oleh W. Schultz seorang warga negara RI keturunan Indonesia-Jerman bersama rekannya. Maka semenjak itulah ketika pemancar-pemancar utama di berbagai kota tidak mengudara lagi; karena dikuasai Belanda, maka  Radio Rimba Raya mengisi kekosongan ini dengan hasil yang baik sekali.

Ketika radio Batavia dan  Radio Hilversum memberitakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi, karena setelah Yogyakarta dapat direbut disusul pula dengan jatuhnya daerah-daerah kekuasaan Republik Indenesia lainnya, Radio Rimba Raya membantah dengan tegas, yang menandaskan “Bahwa Republik Indonesia masih ada, Tentara Republik Indonesia masih ada, Pemerintah Republik Indonesia masih ada, dan wilayah Republik Indonesia masih ada.” Dan disini, adalah Aceh, salah satu wilayah Republik Indonesia yang masih utuh sepenuhnya”,kata siaran radio tersebut. Berita ini dikutip oleh All India Radio; kemudian menyiarkan lagi, sehingga dunia pun mengetahui kebohongan Belanda.

Sumber: khabarpopuler/AMP

BARAT


Top